GESIT NewsLombok Utara. Di tengah perkembangan zaman, tradisi Maulid Adat di Kedatuan Bayan, Lombok Utara, tetap kokoh dijalankan sebagai wujud perpaduan harmonis antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Setiap tahun, masyarakat adat Bayan melaksanakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan rangkaian prosesi khas yang sarat makna. Tradisi ini bukan hanya ritual keagamaan, melainkan juga identitas kultural yang diwariskan turun-temurun.

Prosesi Maulid Adat

Pelaksanaan Maulid Adat di Bayan berlangsung pada 14–15 Rabi’ul Awal. Sejak pagi, ribuan warga berbusana adat membawa hasil pertanian dan peternakan berjalan beriringan menuju Kampu Karang Bajo. Sesampainya di balai adat, rombongan disambut tabuhan gong dan diterima oleh Inan Meniq dengan ritual Sembeq, berupa tanda sirih pinang di kening sebagai simbol doa dan restu. Di waktu siang, prosesi dilanjutkan dengan ritual Menutu yang menggunakan rantok dan alu bambu, sementara di kampu lain prosesi serupa sudah berlangsung sejak malam hari. Semua prosesi ini bermuara pada puncak acara di Masjid Kuno Bayan, lalu ditutup dengan ritual khusus di tengah malam.

  Gotong Royong Jamaah NW, Tetaring Hultah ke-90 NWDI Tuntas dalam Waktu Singkat

Akulturasi Budaya dan Agama

Rianom, tokoh adat Desa Karang Bajo, menegaskan bahwa setiap rangkaian ritual memiliki filosofi mendalam yang disampaikan melalui pakaian, gerakan, dan simbol-simbol adat. “Setiap detail dalam prosesi adalah bentuk komunikasi adat, baik secara simbolik maupun langsung. Dengan cara itu kami memperkenalkan nilai-nilai kepada tamu, bukan hanya lewat kata-kata, tapi juga tindakan dan simbol,” ujarnya.

Bagi masyarakat Bayan, tradisi ini adalah sarana menjaga keseimbangan antara ajaran agama dan budaya leluhur. Karena itu, wisatawan lokal maupun mancanegara yang hadir selalu diarahkan untuk menghormati aturan adat, termasuk mengenakan busana tradisional sesuai ketentuan.

Peran Generasi Muda

Keterlibatan pemuda menjadi salah satu kunci lestarinya Maulid Adat. Darmadi, tokoh muda Karang Bajo, menyebut bahwa para pemuda tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga pemandu wisatawan, penerjemah, hingga pembuat konten di media sosial. “Kami ikut langsung memperkenalkan budaya, dari membawa sesajen, memainkan musik tradisional, sampai menjelaskan tahapan prosesi. Media sosial kami gunakan untuk menyebarkan informasi, tapi tetap berkoordinasi dengan tokoh adat agar esensi budaya tetap terjaga,” jelasnya.

  Gotong Royong Jamaah NW, Tetaring Hultah ke-90 NWDI Tuntas dalam Waktu Singkat

Daya Tarik Wisata Religi-Budaya

Tradisi Maulid Adat Bayan tidak hanya menjadi magnet bagi wisatawan domestik, tetapi juga menarik perhatian wisatawan asing. Yumna Juwita Haris, salah seorang pengunjung, mengaku terkesan dengan keunikan ritual tersebut. “Tradisi ini sangat berbeda dengan peringatan Maulid di tempat lain. Ada nuansa spiritual yang berpadu indah dengan budaya lokal. Kami merasa diterima dengan hangat oleh masyarakat adat,” tuturnya.

Warisan Luhur yang Terus Bertahan

Maulid Adat Bayan adalah bukti nyata bagaimana sebuah tradisi mampu menjaga nilai keislaman sekaligus memperkuat akar budaya lokal. Dengan keterlibatan tokoh adat, generasi muda, dan dukungan masyarakat luas, tradisi ini terus bertahan sebagai warisan luhur yang memperkaya identitas Lombok Utara dan Indonesia.

50% LikesVS
50% Dislikes